Manajemen Krisis & Public Relations
Swiss-Belhotel/Hotel Harris, Jakarta * | December 9th – 10th, 2011 | Rp. 3.750.000, – (Full Fare)
Runtuhnya Menara Kembar di New York karena serangan teroris pada tanggal 11 September, 2001, yang kemudian lebih dikenal sebagai peristiwa “Nine Eleven” (9/11) menjadikan ilmu komunikasi manajemen krisis begitu penting. Teknologi Informasi yang canggih demikian cepatnya memberitakan peristiwa yang menggetarkan dunia. Pemerintahan Bush harus cepat mengeluarkan statement dan mengumumkan secara strategis ke semua sekutunya, agar mendapat dukungan penuh. Strategi manajemen krisisnya cukup berhasil segera mendapat dukungan Tony Blair, Perdana Menteri Inggris ketika itu, juga sekutu lainnya dari Eropa. Pencitraan negara adidaya Amerika Serikat yang kebobolan kelemahan intelejen harus cepat diperbaiki. Dalam ilmu komunikasi dikenal sebagai istilah damage control.
Damage control dalam krisis besar lainnya yang dialami Amerika Serikat lebih apik ditangani olah Barrack Obama, ketika ambruknya anjungan lepas pantai dari British Petroleum (BP) di bulan April, 2010, di teluk Mexico, yang menyebabkan tumpahan minyak mentah mengotori pantai Lousiana. Obama langsung turun tangan, membela kepentingan rakyat nelayan dan penduduk pantai Lousina, sehingga BP langsung bersedia mentransfer US$100 juta dan US$20 milyar diatur oleh administrator pembayaran jasa independen. Presiden Obama memerintahkan agar tuntutan klaim harus cepat dibayarkan kepada masyarakat yang terimbas dampak tumpahan minyak mentah tersebut.
Topik Pelatihan:
- GOOD NEWS IS NO NEWS – BAD NEWS IS
- AROGANSI MENUNTUN KE KEHANCURAN REPUTASI
- MANAJEMEN RISIKO dan MANAJEMEN KRISIS
- Hormati Komitmen Pemulihan
- PERENCANAAN SISTEMATIS
- LANGKAH-LANGKAH KESIAPAN
- Menghadapi Media Interview
- MEDIA MANAGEMENT – MENGELOLA BERITA
- Tuntutan kecepatan dan ketepatan informasi
- STUDI KASUS LEGENDARIS
- Persepsi Publik dan Kesan Dampak suatu Krisis
- Hambatan Komunikasi
- Kegagalan Komunikasi yang Menyebabkan Jatuhnya Banyak Korban
- Pelajaran Berharga
- Tindakan Komunikasi Terpenting Jika Terjadi Krisis
- FROM CRISIS TO CHAMPION
- Membalikan yang tidak menguntungkan menjadi lebih baik
- POKOK-POKOK PETUNJUK PELAKSANAAN
- Mengapa Perlu Manajemen Krisis Public Relations
- Belajar dari studi kasus: Ikuti yang benar, perbaiki kekurangan
- Siap dan siap: Mencegah terjadinya krisis
- Menyiapkan platform gugus kendali krisis
- Menjadi yang terpandang baik: Respected
Siapa yang perlu mengetahui dan mendalami Manajemen Krisis Pendekatannya melalui Ilmu Komunikasi?
- Pucuk Pimpinan: CEO, Presiden Direktur, General Manager
- Direksi dan Direktur Pelaksana: Direktur Niaga, Direktur Produksi, Direktur Pengembangan, VP Communications/Public Relations
- Tingkat Manager: Manager Pabrik, Manager Produksi, Manager HRD, Manager K3. Manager Keuangan, Manager Pemasaran & Penjualan, Manager Distribusi, Manager R&D, Manager Transportasi, Manager Humas, Building Manager, Manager Security/Keamanan
Workshop Leader :
Drs. Ludwig Suparmo, M.Si & Drs. Sulyus Natoredjo, M.Si
Lead Trainer
Drs. Ludwig Suparmo, M.Si: Berpengalaman lebih dari 30 tahun di perusahaan Multi Nasional dan Nasional yang besar. Ikut menangani Manajemen Krisis, kemudia memberikan pelatihan. Dosen Ilmu Komunikasi: Manajemen Isu dan Krisis. Menyusun buku: Crisis Management & Public Relations.
Co Trainer
Drs. Sulyus Natoredjo, M.Si: Duapuluh tahun bekerja di PT Stanvac Indonesia, perusahaan minyak yang diambil alih pl;h Exxon. Jabatan terakhir sebagai Direktur. Dua puluh tahun ini sebagai dosen Ilmu Komunikasi S2 dan S1.
Training Fee
- Rp. 2.950.000, – (Registration 3 person/more; payment before December 2nd, 2011)
- Rp. 3.250.000, – (Reg before November 25th, 2011; payment before December 2nd, 2011)
- Rp. 3.750.000, – (Full Fare)